 Tahun 1989 Soeparmi  Surahya, mantan dosen biologi dari  Universitas Indonesia, seperti yang  dilansir harian Kompas (4 Februari  2011) berpendapat bahwa Komodo (Varanus komodoensis) yang berasal dari keluarga kadal, selayaknya dinamai Mosasaurus komodoensis, karena merupakan spesies reptil laut raksasa yang hidup sekitar 60 juta tahun yang lalu sampai akhir usia dinosaurus. Nama Varanus komodoensis pertama kali diberikan kepada kadal ini oleh ilmuwan Belanda Peter A Ouwens tahun 1912.
                  Tahun 1989 Soeparmi  Surahya, mantan dosen biologi dari  Universitas Indonesia, seperti yang  dilansir harian Kompas (4 Februari  2011) berpendapat bahwa Komodo (Varanus komodoensis) yang berasal dari keluarga kadal, selayaknya dinamai Mosasaurus komodoensis, karena merupakan spesies reptil laut raksasa yang hidup sekitar 60 juta tahun yang lalu sampai akhir usia dinosaurus. Nama Varanus komodoensis pertama kali diberikan kepada kadal ini oleh ilmuwan Belanda Peter A Ouwens tahun 1912.
Soeparmi   Surahya menyatakan bahwa setelah belajar selama 20 tahun mengenai  aspek  fisiologis binatang, struktur gigi dan buku-buku jari komodo,  serta  aspek-aspek lainnya. Ia yakin bahwa komodo benar-benar berasal  dari  kelompok Mosasaurus yang diyakini telah lama punah dan tidak  berasal  dari spesies Varanus yang merupakan hewan modern. Oleh  karena  itu, meskipun komodo sangat mirip kadal, namun mereka merupakan  spesies  prasejarah yang berbeda. Komodo itu dapat berenang di laut  meskipun saat  ini mereka kebanyakan tinggal di darat.
Komodo  dikenal sebagai  kadal karnivora namun mereka juga hewan kanibal karena  kadang mereka  memangsa anak-anak mereka. Itu sebabnya, segera setelah  menetas,  komodo-komodo muda akan memanjat dan tinggal di atas pohon.
Buku Surahya yang berjudul “Komodo: Studi anatomi dan Kedudukannya dalam Sistematik hewan” diterbitkan   oleh University Gajah Mada tahun 1989. Buku ini tidak mudah ditemukan   di Indonesia, tetapi dapat ditemukan di perpustakaan di Amerika,  Inggris  dan Australia.
Surahya mengatakan bahwa sangat penting  jika  lebih banyak ilmuwan Indonesia mempelajari kehidupan Komodo jika  tidak  ingin spesies langka dan terancam punah ini berkurang melalui  pembiakan  yang salah. Di kebun binatang Komodo Indonesia, ukuran komodo  mengecil  dan jumlahnya berkurang, sedangkan Komodo di kebun binatang  Amerika  masih berukuran besar dan liar sama dengan yang ditemukan di  pulau  Komodo.
Pada tahun 1986 UNESCO  menunjuk Cagar Alam Komodo yang berdampingan dengan Pulau Flores dan termasuk lautnya di Nusa Tenggara Timur. Sebagai Situs Warisan Dunia, komodo hanya bisa ditemukan di kepulauan Indonesia ini dan tidak ada di belahan dunia lain.
Kepulauan    Flores dan Komodo tampaknya sampai saat ini masih menyembunyikan   misteri kuno. Di tempat ini pada tahun 2004 di kedalaman 6 meter, para   ilmuwan menemukan sisa-sisa hobbit Flores atau manusia prasejarah kecil   bernama Homo floresiensis di Liang Bua   gua-gua di Flores Barat. Di dalam gua besar mereka juga menemukan   tulang prasejarah dari Komodo Stegodon. Kadal ini diyakini hidup 18.000   tahun yang lalu. Ilmuwan Indonesia percaya bahwa hobbit Flores  merupakan  manusia modern bertubuh kerdil karena kekurangan gizi.
Bahkan   saat ini masih ada desa-desa terpencil di Flores yang masih mengikuti   budaya megalitik (batu besar). Pulau Komodo dan Flores merupakan dua   pulau yang menarik di mana prasejarah masih bertahan sampai saat ini   menunggu untuk ditemukan dan dieksplorasi. Untuk mengunjungi Komodo dan   Flores, gunakan penerbangan harian dari Bali ke berbagai kota di Flores.
Apakah Komodo berkaitan dengan Dinosaurus?
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
 
  Powered By Vistaprint












 

0 komentar:
Posting Komentar